Saat saya bangun pagi ini kepala
saya tiba- tiba mengutarakan pertanyaan yang kira- kira bunyinya seperti ini. “Kenapa
ada orang yang sangat terobsesi untuk meniru orang lain dengan cara yang
menjengkelkan?”. Lalu diikuti semua rekaman tentang orang- orang yang melakukan
hal ini terhadap saya di mulai dari masa saya duduk di bangku SD dulu. Saya masih
ingat punya teman yang selalu bertanya saya makan apa? Saya belajar jam berapa?
Saya minum vitamin untuk kecerdasan merk apa? (maklum di SD tempat saya
bersekolah, dimasa itu adalah masa keemasan saya soalnya hampir tiap tahun saya
menyandang ranking 1 he he . Maaf,,, boleh dong ngembang ngempiskan lubang
idung sedikit he he he). Lalu setelah menjawab pertanyaan tersebut si kawan
malah dengan lantang mengatakan bahwa dia akan belajar di jam yang sama saat
saya belajar, dia akan makan makanan seperti yang saya makan atau lebih baik
supaya dia bisa rangking 1 seperti saya. Terus terang jiwa bersaing saya jadi
membara gara- gara curhatan luar biasa itu. Gak akan lah saya biarkan gelar juara saya diambil
orang yang cuma berusaha meniru menjadi saya. Terutama saat dia bilang bahwa
dia akan minum cere#r#f#t supaya bisa menjadi rangkin 1 seperti saya dan dia
yakin sekali bakal rangking 1 dengan minum vitamin itu karena saya gak minum
vitamin apa- apa. Kepala saya berputar- putar dengan pertanyaan apa salah saya
sampai- sampai si kawan datang- datang bertanya dan mengumandangkan perang
persaingan ini (sekarang saya baru sadar pastilah ini ulah mulut emak- emak
yang saling membanggakan dan membanding- bandingkan anak siapa lebih baik dari
anak siapa he he he. Itukan sifat alami emak- emak dan bapak- bapak yang masih
terus eksis hingga kini. Benar- benar sifat yang gak ada matinye! he he he). Masa
SMP dan SMA tidak ada yang berusaha untuk merebut rangkin dari saya. Hal ini
sangat jelas karena saya gak pernah dapat rangking pada masa- masa ini he he. Kalah
saing dengan anak- anak lain yang lebih pintar di kelas unggul. Saya bisa
belajar dengan tenang tanpa ada gangguan atau tekanan dari teman- teman yang
terobsesi menjadi rangking satu. Tapi tiba- tiba ada yang bertanya,”kamu di
rumah gak pernah kerja ya?” saat saya jawab bahwa saya membantu ibu saya
mencuci piring dan menyapu rumah, si kawan malah menarik tangan saya sambil
berkata, “kakak saya bilang kalau tangan sehalus ini berarti gak pernah kerja,
saya gak pernah kerja tapi tangan saya tidak begini halus. Besok saya mau cuci
piring biar tangan saya sehalus ini” saya cuma melongo tapi jadi sadar diantara
urutan lambang keminderan seperti tubuh pendek, gemuk dan rambut yang kasar
seperti kawat ternyata saya punya tangan yang halus ( hahai bangga sekaligus
kesal, ini anak udah cantik, ramping, rambut lurus alami seperti bintang iklan
dan teman favorit hampir semua anak cowok dan cewek disekolahan kok masih gak
bersyukur sih! Pake nuduh- nuduh saya gak pernah kerja bantu ibu dirumah pula).
Sudahlah! Saya masih bisa menceritakan cerita- cerita aneh lainnya tentang
bagaimana orang berusaha meniru saya untuk sesuatu yang mereka anggap kelebihan
sementara bagi saya itu adalah hal yang biasa. (dan saya juga ingin menuduh
bahwa anda akan bereaksi seperti suami saya yang mengganggap saya mengada- ada
karena dia jelas tau penampakan saya sebagai emak- emak sekarang ini jauh
sekali dari kisah klasik untuk masa depan
yang saya ceritakan ini). Intinya saya sangat terganggu dengan pernyataan bahwa
seseorang dengan suara lantang dan kalimat yang tersurat jelas bahwa ia akan
meniru saya. Lalu saya bertanya pada diri saya, “wajarkah kalau saya tidak suka
dengan orang seperti ini? Apa orang lain akan bereaksi dengan reaksi yang sama
menghadapi masalah seperti ini? Bukankah seharusnya saya bangga dengan adanya
orang yang ingin menjadi seperti saya? Kenapa saya merasa sangat terganggu?”. Dari
kenangan masa lalu itu Saya mulai memperhatikan bagaimana tinggkah emak- emak
lainnya bergaul dan bereaksi dalam konteks tiru meniru ini.
Semua emak- emak pasti tidak
terlepas dari yang namanya berinteraksi dengan teman- teman, tetangga, atau
bahkan anggota komunitas tertentu. Satu hal yang wajar juga saat seorang emak-
emak cenderung menjadi sama dengan emak- emak lainnya yang ada dalam lingkungan
pergaulannya. Sebagian emak- emak akan sangat senang bila dia memiliki kesamaan
dengan para emak yang lain. Bagi emak- emak tipe ini memiliki sesuatu yang sama
dengan teman atau sahabat adalah hal yang dianggap sebagai bentuk kekompakan
dan ikatan yang kuat antara satu dengan yang lain. Jadi jangan heran kalau ada
satu geng emak- emak yang anggotanya memiliki tingkah laku, kecenderungan
memilih style atau barang- barang yang cenderung serupa atau bahkan sama
persis. Bahkan mereka bermusyawarah mengenai benda- benda yang akan dibeli dan
dikenakan. Ada juga emak- emak yang anti mainstream. Tipe emak- emak semacam
ini akan selalu nampak berbeda dari orang lain baik dari segi tingkah laku dan
stylenya. Emak- emak yang anti main stream ini juga bisa dibagi lagi menjadi
dua model. Model yang satu cenderung selalu ingin lebih eksklusif dan lebih
unggul dari yang lain. Sedangkan model emak- emak lainnya tidak
mempermasalahkan apakah dia lebih unggul atau tidak dari emak- emak yang lain
asalkan yang paling penting adalah jangan menjadi sama seperti orang lain. Menjadi
sama atau mirip dengan orang lain merupakan sesuatu yang membuatnya tidak
nyaman jika tidak boleh dikatakan sebagai sesuatu yang tidak pantas.
Fenomena emak- emak yang
mainstream dan anti mainstream ini bisa
terjadi karena beberapa sebab. Satu diantara sekian banyak sebab yang berkaitan
satu dengan lainnya adalah proses meniru atau menolak meniru sesuatu. Mari kita
lihat arti kata meniru dalam bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Indonesia kata Sinonim
dari kata tiru; meniru adalah 1. Membebek, membeo, mengekor, menguntit,
menyerupai 2. Belajar, bercermin, mencontoh, meneladan, mengikuti, menurut,3. Memalsukan,
membajak, mengopi, memalsukan. Dari definisi
diatas golongan pada nomor 2 jelas memiliki makna lebih halus dan bersifat
positif. Berbeda dengan golongan makna pada nomor 1 dan 3 yang terlihat
memiliki makna yang sedikit negatif. Sebenarnya untuk apa sih manusia meniru
orang atau sesuatu yang lain daripada dirinya sendiri?
Dalam kehidupan proses meniru
dapat terjadi dengan berbagai alasan dan cara. Meniru adalah salah satu
kemampuan alami seseorang yang pada dasarnya untuk membuat seseorang berkembang
dengan baik atau ke arah yang lebih baik, apakah itu perkembangan cognitif dan
perkembangannya dari segi interaksi sosial. Proses meniru ini dalam dapat terjadi
di alam sadar dan dialam bawah sadar seseorang. Dalam dunia
psikologi ini dinamakan reaksi Gauchais. Dalam bahasa Inggris Psikologi meniru
disebutkan dengan dua kata yang berbeda yaitu mirror dan imitation. Mirror diartikan
sebagai proses meniru yang terjadi di alam bawah sadar manusia terhadap gerak
tubuh, gaya bahasa dan sikap seseorang. Jadi proses mirror sebenarnya terjadi
begitu saja tanpa disengaja. Proses mirror ini sering terjadi dalam interaksi
sosial khususnya antar sesama sahabat atau keluarga. Dalam konsep ini seringnya
berpengaruh pada pikiran seseorang yang ditiru terhadap si peniru yang menuju
kepada berkembangnya suatu hubungan yang lebih baik.
Berbeda dengan mirror, proses
meniru yang disebut imitation dilakukan dengan sengaja dan terlihat untuk
meniru tindak tanduk seseorang yang lain. Lalu apakah ini baik atau buruk? Well,
para ahli percaya bahwa jika seseorang begitu terbuka mencoba meniru orang lain
dalam suatu interaksi sosial, maka akan memberi tekanan pada kognitif seseorang
yang sedang ditiru. Kontribusi paling buruk dari hal ini adalah terjadi
pelepasan stress secara non verbal terhadap orang yang meniru. Dan saya yakin
ini adalah hal yang sedikit negatif. Jadi meskipun maksud seseorang baik saat
melakukan proses peniruan – katakanlah untuk membangun hubungan baik dengan
orang yang ingin ditiru, menebar kharisma agar terlihat sama atau senasib atau
sekedar menjadi persuasif atau menarik perhatian orang yang ditiru—hasilnya bisa
menjadi bumerang bagi si peniru sendiri. Alih- alih orang yang ditiru menjadi
suka terhadapnya orang yang ditiru cenderung tidak menyukai si peniru ini.
Lalu apa yang harus kita lakukan
dengan situasi tiru meniru ini?
1. Para
emak bisa memilih melakukan proses peniruan dalam rangka belajar, atau menyerap
ilmu baru dari seseorang yang lain.
2. Pastikan
saja kita tidak melalukannya secara sengaja dan sangat terlihat kalau kita
sedang berusaha menyamai, menyerupai atau meniru orang lain.
3. Jangan
terlalu memaksakan diri untuk mencuri perhatian seseorang yang ingin anda
jadikan teman dengan cara meniru orang tersebut sementara orang tersebut telah
jelas- jelas menolak membangun suatu hubungan pertemanan secara non- verbal
atau secara halus terhadap anda.
4. Emak-
emak sekalian harus jeli melihat mana saja calon teman yang suka keseragaman
dan mana saja calon teman yang benar- benar anti mainstream. Tak ada salahnya
menyesuaikan sikap kita dengan tipe- tipe orang seperti mereka jika tujuan kita
memang ingin membangun hubungan pertemanan dan menebar pesona he he he.
5. Satu
hal yang paling penting sebenarnya adalah berusahalah untuk terus menjadi diri
sendiri dalam artian positif. Toh kita punya norma- norma standar untuk
menentukan sebaik apa kita jadinya nanti tanpa harus memaksakan diri untuk
meniru teman atau tetangga cuma agar kita bisa disukai oleh mereka. Contoh:
mengembangkan diri sesuai dengan definisi menjadi pribadi yang baik sesuai
norma agama yang kita anut adalah cara
yang paling baik (itu menurut saya sih he he he)
6. Dan
bagi yang anti mainstream sudah mulai bisa melatih diri untuk tidak terganggu
dengan si peniru. Setelah dipikir- pikir it’s impossible juga kali ya melarang
orang untuk meniru anda, karena akan menimbulkan reaksi yang lumayan
memusingkan juga (coba anda bayangkan kalau orang yang anda larang untuk meniru
anda itu bakalan menjawab, “eh siapa juga yang niruin kamu, Ge er deh!” pasti tengsin dan tambah sebel. Dan
kalau yang mau ditiru dari anda adalah kebaikan yang akan mengantarkan
seseorang ke surga, masak iya anda bakal melarang orang tersebut? Mana ada
orang yang mau di larang masuk surga kan he he he)
![]() |
PENIRU YANG GAK BOLEH DILARANG :) |
Itu saja catatan kecil dan saya hasil
renungan beberapa waktu ini. Yang pasti saya sendiri jadi tau bahwa saya masih
seorang emak- emak yang normal karena bereaksi seperti yang telah saya
ceritakan tadi. Anyway, I’m happy that this bring me to solve my own little
problem with this situation. Happy week end!
Reference: